Selamat Datang Para Alumni SMU P@nbat T.A - 03 and Visitor....
Selamat Menikmati seluruh fasilitas yang tersedia di blogger ini..
Menu Blog
myspace layouts

myspace comments

Thursday 22 January 2009

Rasa Sayange

Rasa Sayange


Dikutif Dari : Irwan

Ga bisa tidur, Ga sengaja, gw pindah channel ke Celestial Movies. Ada film jadul yang lagi diputer disitu. Judulnya Tropical Interlude.

Dikutif Dari : Irwan

Settingnya menurut gw model 70-an komplit dgn celana ketat cutbray buat co-nya dan model rambut sasak buat ce-nya.


Yang bikin gw ga pindah, film mandarin tersebut saat itu sedang menyanyikan lagu berbahasa Mandarin, tapi ber-irama lagu yang gue kenal sebagai lagu "Rasa Sayange" (Nah Lho).

Dari kecil, gue denger dan mungkin diajarkan di sekolah, kalau lagu tersebut adalah lagu dari Maluku. Tapi, kok dinyanyikan dalam bahasa Mandarin ya?



Jadi ini lagu milik siapa?



Besoknya, gw penasaran dan menemukan dua jenis informasi. Wikipedia versi English, menyebutkan lagu ini milik Malaysia, walau disebutkan dikarang oleh Paulus Pea (Ambon), tetapi tidak ada fakta resmi mengenai itu (katanya). Lucunya, tahun 2007 Tourism Board Malaysia menjadikan lagu tersebut sebagai lagu untuk mempromosikan Malaysia!

Wikipedia versi Indonesia, menyebutkan lagu tersebut adalah lagu yang turun temurun dinyanyikan di Ambon, dimana bentuk lagunya berbentuk sajak atau pantun, yang bisa diisi beragam kalimat yang menyenangkan.

Indonesia meng-klaim, lagu tersebut merupakan lagu yang telah direkam di Indonesia sejak tahun 1962. Tetapi Malaysia menolaknya, dengan alasan fakta tersebut kurang kuat, dan lagu tersebut merupakan lagu kepulauan di Asia Tenggara.

Cape deh.

Gw sih skeptis kalo udah urusan copyright. Gw pikir, masalah hak cipta yang harusnya menjadi perlindungan bagi pencipta, saat ini rasanya cuma jadi urusan kertas dan bukti lalu mengesampingkan nurani.

Gw nggak begitu tau soal mana yang benar, yang gue inget, entah pelajaran sejarah atau apa dulu mengajarkan ada pola de facto (berdasarkan fakta) dan pola de jure (berdasarkan hukum).

Sadarilah, banyak kasus memutarbalikan fakta dan memanfaatkan kelemahan hukum justru jadi pengakuan umum.

Udah ah. Basi kali ye ributin soal Malaysia?

Gue mikir lain aja deh. Soal kejayaan dan perbaikan untuk kita sendiri.

Saat ini, Malaysia dan Singapore memang lebih makmur dibanding Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Beberapa faktornya (kata orang) adalah jumlah penduduk yang kecil, penggunaan sumber daya yang maksimal, rakyat dan pemerintahan yang baik (atau semakin membaik).

Kenapa gue bahas soal ini, karena setting di film tersebut, yang akhirnya gue ketahui merupakan setting film tahun 1969. Kelihatan sekali beberapa kondisi di Singapore dan Malaysia yang jauh berbeda dari kondisi saat ini.

Saat itu sih gw juga belon lahir. Tapi, beberapa adegan yang diambil memperlihatkan scene yang gue kenal, seperti museum di Singapore atau kondisi Penang, Malaysia.

Sepanjang film tersebut, gue liat juga jalan mulus yang masih banyak rumput liar dan ogokan pasir di jalanan (yang saat ini kondisi tersebut belum pernah gue liat di Singapore). Juga banyak terlihat rumah-rumah beratapkan seng yang sudah berkarat, atau kondisi yang cukup semrawut di Singapura.

Belajar dari scene tersebut. Kalau mengingat setting film tersebut dilakukan antara tahun 1968 atau 1969, artinya butuh puluhan tahun untuk menjadikan Singapura atau Penang yang sekarang.

Artinya, kalau kita mau belajar dari sana. Harusnya kita juga bisa. Walaupun mungkin tidak mudah, mengingat penduduk kita yang (terakhir gw tahu) sekitar 220 juta, dibandingkan penduduk Singapore yang 5 juta atau Malaysia yang 27 juta.

Yah, sepintas curhat ngaco gue aja..

Ketimbang ribut soal Rasa Sayange, lebih baik menunjukan Rasa Sayange kita ke negri ini